Mengikuti perjalanan ke luar negeri Wakil Presiden Jusuf Kalla bukan hanya bisa menikmati apa yang dilakukannya. Ucapannya jadi bahan cerita kocak. Masalah korupsi di Indonesia—posisi nomor tiga negara paling korup di Asia setelah Filipina dan Thailand—yang menjadi sorotan dunia, bisa ia bahas dengan penuh humor.
Wapres berada di Korea Selatan (Korsel) dan Jepang dari tanggal 22 sampai 29 Februari 2008. Acara utama dari perjalanan ini adalah menghadiri Lee Myung-bak bersumpah kepada rakyatnya untuk menjadi presiden yang mengabdi kepada bangsa dan negaranya. Acara tersebut bukanlah pelantikan presiden seperti yang diberitakan media massa, termasuk surat kabar ini.
Presiden yang pernah bekerja di Indonesia, di sebuah perusahaan Korsel, itu bersumpah di lapangan terbuka. Ribuan orang hadir. Para wartawan Indonesia yang hadir sampai terperangah ketika menyaksikan toilet umum yang ada di situ tanpa pintu penutup. Orang sedang buang air besar atau kecil bisa ditonton langsung.
Di Jepang, yakni di Osaka dan Tokyo, selain bertemu dengan Perdana Menteri Yasuo Fukuda juga mendatangi pabrik elektronik Panasonic dan Honda. Ada catatan kecil ketika mengunjungi pabrik Panasonic. Ketika akan berkeliling pabrik, para wartawan Indonesia bertanya kepada seorang karyawan. Apakah dijamin aman menaruh barang bawaan wartawan di sebuah ruang tanpa dijaga. ”Ini Jepang,” jawab karyawan Panasonic, pendek. Tawa riuh para wartawan Indonesia segera meledak. Mereka mesti ingat apa yang bakal terjadi di negerinya jika hal yang sama dilakukan.
Perjalanan rombongan Wapres dari Osaka ke Tokyo menggunakan kereta api cepat yang harga tiketnya hampir senilai dengan tiket pesawat Jakarta- Tokyo. Barang-barang bawaan rombongan diangkut dengan pesawat, kecuali barang-barang bawaan wartawan harus dibawa sendiri. Sehingga di dalam kereta api, para wartawan pun jadi tontonan karena tampak aneh, membawa koper-koper besar yang tidak bisa ditampung di tempat barang.
Koridor kereta api penuh barang, seperti kereta api di Jakarta-Surabaya.
Kunjungan ke pabrik-pabrik ini antara lain untuk menghilangkan sumbatan aliran investasi ke Indonesia. Sumbatan itu adalah berita-berita buruk tentang Indonesia, misalnya unjuk rasa kaum buruh dan korupsi. Wapres Kalla pun memberi penjelasan kepada para pengusaha dan pemerintah kedua negeri itu. Orang-orang Indonesia yang tinggal di negeri itu pun dikumpulkan dan diberi penjelasan.
Inilah rekaman ucapan Wapres. ”Negeri kita saat ini baik-baik saja. ...Memang di Indonesia kelihatan banyak korupsi. Akan tetapi, sebenarnya sekarang berkurang. Sekarang kalau mau korupsi di Indonesia orang harus punya nyali besar. Kenapa? Karena terlalu banyak yang memeriksa, yakni polisi, kejaksaan, BPK, BPKP, dan KPK,” ujarnya.
Lha, kenapa sekarang berita tentang korupsi di Indonesia sangat marak? Menurut Kalla, ukuran atau definisi korupsi di Indonesia saat ini semakin lebar. ”Dulu setiap menteri yang punya dana nonbudgeter dinilai tidak korupsi. Sekarang dianggap korupsi. Jadi tampak makin banyak korupsi. Bukan korupsi makin bertambah. Akan tetapi, kriteria korupsinya makin bertambah,” bagitu ucap Kalla.
”Dulu banyak menteri simpan-simpan uang. Sekarang begitu simpan langsung dianggap korupsi. Zaman dulu kalau anak menteri kawin mendapat hadiah kunci mobil sebagai hadiah tidak dianggap korupsi. Akan tetapi, sekarang langsung dianggap korupsi,” ujarnya. Tangan melambai mengumpamakan kunci kontak mobil. Hadirin pun tertawa terbahak-bahak.
Masih kata wapres, dulu korupsi banyak yang tidak ketahuan, tetapi sekarang banyak yang ketahuan. ”Jadi, semakin banyak yang diselidiki dan semakin banyak pula laporan dan pemberitaan. Itu bagus bukan? Dulu korupsi Rp 1 miliar hukumannya satu bulan, sekarang jadi satu tahun.”
Acara Presiden Korea bersumpah di depan rakyat juga menarik hati Jusuf Kalla. Ia melihat perbedaannya dengan Indonesia. Di Indonesia, katanya, presiden disumpah di depan ”anggota terhormat MPR”.
Dua warga Korsel, Cho Hyun Tae dan Hur Young Soon, lain lagi pendapatnya. Menurutnya, upacara pelantikan presiden di Indonesia bernuansa menegakkan wibawa. Sedangkan di negerinya menekankan hubungan antara pemimpin dan rakyatnya.
Di Indonesia hampir semua mantan presiden dihujat. Begitu juga di Korsel.
Di Korsel ada presiden yang ditangkap karena korupsi. Di Indonesia? ”Mudah-mudahan tidak ada,” ujarnya.
Oleh J Osdar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar