Senin, 09 Februari 2009

Korban Tewas Nyelindung 13 Orang

Sabtu, 15 November 2008 | 17:04 WIB

CIANJUR, SABTU - Komandan Resort Militer (Danrem) 061/Suryakancana Kolonel Amrid Salas Kembaren, memastikan jumlah korban tewas akibat tanah longsor di Nyalindung 13 orang.

Hal tersebut dilaporkan Danrem kepada Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan ketika menggunjungi penampungan korban longsor di Kantor Desa Giri Mukti, Minggu.

Hasil laporan aparat desa setempat, korban yang disinyalir tewas tertimbun tanah longsor seluruhnya berjumlah 13 orang, bukan 15 orang.

"Data akurat korban jiwa yang tewas sebanyak 13 orang 7 di antaranya telah ditemukan dan 6 orang lainnya masih dalam pencarian," kata Kembaren.

Untuk melakukan proses pencarian dan penanggulangan bencana, diterjunkan sedikitnya 750 personel gabungan yang terdiri dari TNI/Polri, Satpol PP, Satgana PMI Cianjur, Dinas Kesehatan, Pramuka Kwarcab Cianjur, Basarnas dan masyarakat sekitar.

Lima korban yang sudah pertama kali ditemukan, telah dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) Desa Girimukti. "Dari hasil pendataan ulang, korban meninggal dunia akibat tertimbun tanah longsor sebanyak 13 orang. Pada saat pendataan awal, ada satu orang warga dengan double nama," terang Kades Girimukti.

Ia menambahkan, sedangkan satu lagi berhasil selamat, karena telah mengungsi di rumah kerabatnya. Dua korban yang hari ini ditemukan telah dimakamkan di tempat yang sama. Sebelumnya kedua jenazah sempat disimpan di aula balai desa.

sumber : Kompas.com

Tanah longsor

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi di mana terjadi pergerakan tanah seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang mempengaruhi suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh:

  • erosi yang disebabkan sungai-sungai atau gelombang laut yang menciptakan lereng-lereng yang terlalu curam
  • lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat
  • gempa bumi menyebabkan tekanan yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng yang lemah
  • gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-debu
  • getaran dari mesin, lalu lintas, pengunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir
  • berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju

Pemanasan global

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.

Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut. akibat aktivitas manusia"

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim,[2]presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan. serta perubahan jumlah dan pola

Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

Kembali Diguyur Hujan, Banjir Semarang Kian Parah

Triono Wahyu Sudibyo - detikNews

dok detikcom (foto: Triono WS)

Semarang - Hujan terus mengguyur Semarang dan sekitarnya. Banjir di sejumlah titik di Semarang pun bertambah parah.

Rintik hujan mulai terlihat pada pukul 00.05 WIB. Berhenti sesaat, lalu turun lagi. Hingga pukul 06.00, hujan masih mengguyur.

Berdasar informasi yang dihimpun detikcom, Senin (9/2/2009), Kelurahan Kaligawe, Sawah Besar, Muktiharjo Kidul, Genuk, Tanjung Mas, Tambakrejo, Tanah Mas, dan lain-lain masih tergenang air 50 cm hingga 1 meter.

"Air malah naik karena hujan," kata seorang warga Perumahan Semarang Indah, Tanah Mas, Suprapto (42).

Hujan juga membuat genangan air terjadi di jalan-jalan protokol seperti di Kawasan Simpang Lima, Tugu Muda, Jl Pemuda, Jl Pahlawan, dan akses menuju kota.